Jumat, 25 Oktober 2019

Pendekatan Aspek Spritual dalam menyiapkan moraitas siswa di era IPTEK


Sejak awal penciptaannya, manusia sering mencari jawaban dari tiga pertanyaan fundamental, siapa Tuhan, siapa saya dan mengapa saya lahir. Asal, tujuan dan identitas manusia merupakan pertanyaan yang penting bagi kemanusiaan. Perkembangan spiritual merupakan proses individu untuk menjawab pertanyaan tentang identitas, tujuan dan makna kehidupan. Walaupun sejarah banyak yang mencatat berbagai kelompok fanatik memaksakan kepercayaan mereka kepada orang lain, dengan kekerasan, penyiksaan dan kematian, namun proses perkembangan spiritualitas merupakan hal yang bersifat intrinsik dari pengalaman manusia. Ilmu pengetahuan sekarang mulai menyelidiki gejala alamiah perkembangan spiritual manusia sebagai aspek esensial dari kehidupan manusia.
            Spiritual berasal dari bahasa Latin spiritus yang berarti prinsip yang memfasilitasi suatu organisme, bisa juga dalam bahasa Latin sapientia (Sophia dalam bahasa Yunani) yang berarti kearifan-kecerdasan (wisdom intelligence). Sedangkan, spiritual berasal dari kata spirit yang berasal dari bahasa Latin, yaitu spritus yang berarti napas. Dalam istilah modern mengacu kepada energi batin yang non-jasmani meliputi emosi dan karakter.
            Pengertian kecerdasan spiritual atau yang biasa dikenal sebagai SQ (spiritual quotient), adalah kecerdasan nurani yang membimbing manusia untuk berbuat kebaikan dan mengembangkan dirinya secara utuh untuk menerapkan nilai-nilai positif.
            Potensi besar yang dimiliki manusia, selain kecerdasan phisikal, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan emosional, adalah kecerdasan spiritual. Danah Zohar dan Ian Marshall yang dikutip R. Bambang Sutikno mendefinisikan spiritual quotient sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna. Kecerdasan ini bertujuan menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas, kaya, dan mendalam. Kecerdasan ini berguna untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Kecerdasan spiritual disebut juga kecerdasan jiwa. Ia adalah kecerdasan yang dapat membantu kita menyembuhkan dan membangun diri kita secara utuh. Kecerdasan spiritual adalah kesadaran yang dengannya kita tidak hanya mengakui nilai-nilai yang ada, tetapi secara kreatif menemukan nilai-nilai baru. Kecerdasan spiritual bukan doktrin agama yang mengajak umat manusia untuk cerdas dalam memilih atau memeluk salah satu agama yang dianggap benar. Kecerdasan spiritual lebih merupakan konsep yang berhubungan dengan bagaimana seseorang cerdas dalam mengelola dan mendayagunakan makna-makna,nilai-nila, dan kualitas-kualitas kehidupan spiritualnya. Kehidupan-kehidupan spiritual ini meliputi hasrat untuk hidup bermakna (The Will To Meaning), yang memotivasi kehidupan manusia untuk senantiasa mencari makna hidup (The Meaning Of Life), dan mendambakan hidup bermakna (The Meaningfull Life).
            Spiritual quotient atau kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang sudah ada dalam setiap manusia sejak lahir yang membuat manusia menjalani hidup ini dengan penuh makna, selalu mendengarkan suara hati nuraninya, tak pernah merasa sia-sia, semua yang dijalaninya selalu bernilai. Jadi, SQ dapat membantu seseorang untuk membangun dirinya secara utuh. Semua yang dijalaninya tidak hanya berdasarkan proses berpikir rasio saja, tetapi juga menggunakan hati nurani karena hati nurani adalah pusat kecersadan spiritual. Dalam konteks itulah hati menjadi elemen penting dalam kecerdasan spiritual. Inilah suara yang relatif jernih dari hiruk-pikuk kehidupan kita, yang tidak bisa ditipu oleh siapa pun, termasuk diri kita sendiri. Kebenaran sejati sebenarnya lebih terletak pada suara hati nurani yang menjadi pekik sejati kecerdasan spiritual (SQ). Oleh karena itu, kecerdasan spiritual (SQ) menyingkap kebenaran sejati yang lebih sering tersembunyi di tengah adegan-adegan hidup yang serba palsu dan menipu.
1.    Tujuan Kecerdasan Spiritual
Krisis penyakit spiritual pada masyarakat modern sekarang ini, tidak dapat diobati oleh kemampuan manusia dalam mengekspresikan kecerdasan intelektual yang melahirkan teknologi dan ilmu pengetahuan, dan tidak bisa hanya diobati oleh kemampuan manusia dalam lingkungan kecerdasan emosional saja. Kecerdasan spiritual yang dapat mengintegrasikan keduanya yang dapat mengobati keadaan masyarakat tersebut, karena hanya kecerdasan spiritual yang tidak bisa dimiliki oleh makhluk yang selain manusia. Dengan menggunakan kecerdasan spiritual bisa menyeimbangkan antara nilai dan makna, dan menempatkan kehidupan manusia dalam konteks yang lebih luas.
Para tokoh Kecerdasan Spiritual (SQ) ini termasuk Danah Zohar dan Ian Marshall mempunyai tujuan yang sama dalam dataran teori, yaitu;
a.    Supaya kehidupan manusia modern lebih arif dan bijaksana
b.    Supaya manusia modern lebih mengerti makna dan tujuan hidup yang sebenamya
c.    Supaya manusia bisa mencapai kebahagiaan personal atau kebahagiaan spiritual
d.   Menghidupkan potensi pembawaan spiritual pada remaja, dewasa, dan orang tua
e.    Manusia bisa mengembangkan potensi pembawaan spiritual (Spiritual Traits) pada anak-anak seperti keberanian, optimisme, keimanan, perilaku konstruktif, empati, sikap mudah memaafkan, dan bijaksana dalam menanggapi marah dan bahaya
f.      Menjadikan manusia bisa kembali pada fitrahnya yang baik dan mendapatkan kedamaian dalam diri dan kebahagiaan.
1.    Manfaat Kecerdasan Spiritual
               Dukungan ilmu pengetahuan pada eksistensi Spiritual Quotient (SQ) semakin hari semakin kuat dengan justifikasinya. Hal ini dibuktikan dengan ilmu psikologi,sains,teknologi,seni, manajemen, dan kedokteran yang kini tampaknya mengubah kepada fenomena spiritual atau SQ.
               Menurut Abd. Wahab dan Umiarso ada beberapa manfaat yang didapatkan dengan menerapkan SQ sebagimana berikut :
a.    SQ telah “menyalakan” manusia untuk menjadi manusia seperti adanya sekarang dan memberi potensi untuk “menyala lagi” untuk tumbuh dan berubah, serta menjalani lebih lanjut evolusi potensi manusiawi.
b.    Untuk menjadi kreatif, luwes, berwawasan luas, atau spontan secara kratif.
c.    Untuk berhadapan dengan masalah eksistensial, yaitu saat merasa terpuruk,terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran, dan masalah masa lalu akibat penyakit dan kesedihan. SQ menjadikan sadar bahwa memiliki masalah setidak-tidaknya bisa berdamai dengan masalah tersebut. SQ memberi semua rasa yang “dalam” menyangkut perjuangan hidup.
d.   Pedoman saat berada pada masalah yang paling menantang. SQ adalah hati nurani kita.
e.    Untuk menjadi cerdas secara spiritual dalam beragama.
f.       Untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal, serta menjembatani kesenjangan antara diri sendiri dan orang lain. SQ membuat seseorang mempunyai pemahaman tentang siapa dirinya,apa makna segala sesuatu baginya, dan bagaimana semua itu memberikan suatu tempat di dalam dirinya kepada orang lain dan makna-makna mereka.
g.    Untuk mencapai perkembangan diri yang lebih utuh karena setiap orang memiliki potensi untuk itu. SQ membantu tumbuh melebihi ego terdekat diri dan mencapai lapisan yang lebih dalam yang tersembunyi di dalam diri. Ia membantu seseorang menjalani hidup pada tingkatan makna yang lebih dalam.
h.    Untuk berhadapan dengan masalah baik dan jahat, hidup dan mati, dan asal-usul sejati dari penderitaan dan keputus asaan manusia.
i.      M. Quraisy Shihab dalam bukunya Dia Ada di Mana-mana mengatakan bahwa kecerdasan spiritual melahirkan iman yang kukuh dan rasa kepekaan yang mendalam. Kecerdasan semacam inilah yang menegaskan wujud Allah yang dapat ditemukan di mana-mana. Kecerdasan yang melahirkan kemampuan untuk menemukan makna hidup, memperluas budi pekerti, dan dia juga yang melahirkan indra keenam bagi manusia.
               Sementara itu, manfaat SQ yang terpenting adalah untuk dapat memahami bahwa setiap saat, detik, dan desah napas selalu diperhatikan Allah dan tidak pernah luput dari pengawasan Allah. Pada saat inilah timbuh fenomena ihsan, yaitu ketika manusia bekerja merasa melihat Allah atau merasa dilihat Allah. Ketika merasa dilihat Allah, seseorang akan melihat Allah Yang Maha Paripurna tanpa sedikitpun kealpaan mengawasi setiap jenis ciptaany-Nya. Ketika seseorang merasa dilihat Allah Yang Maha Besar, dia akan merasa kecil sehingga kekuatan emosi dan intelektualnya akan saling mengisi dan ini kemudian diwujudkan dengan munculnya kekuatan dahsyat berupa tindakan yang positif dengan seketika. Pada puncaknya, dengan kecerdasan spiritual seseorang akan mengenal dirinya, mengenal Allah, dan selalu mendapatkan ridha-Nya. Tidak ada yang melebihi keridhaan Allah.
2.    Meningkatkan Kecerdasan Spiritual
               Orang mempunyai kecerdasan spiritual, ketika menghadapi persoalan dalam hidupnya, tidak hanya dihadapi dan dipecahkan dengan rasional dan emosional saja, tetapi ia menghubungkannya dengan makna kehidupan secara spiritual. Dengan demikian, cara meningkatkan kecerdasan spiritual menurut Danah Zohar dan Ian Marhall yang dikutip Abd. Wahab dan Umiarso adalah sebagai berikut:
Langkah 1 : Seseorang harus menyadari dimana dirinya sekarang
Langkah 2 : Merasakan dengan kuat bahwa dia ingin berubah
Langkah 3 : Merenungkan apakah pusatnya sendiri dan apakah motivasinya yang paling dalam
Langkag 4 : Menemukan dan mengatasi rintangan
Langkah 5 : Menggali banyak kemungkinan untuk melangkah maju
Langkah 6 : Menetapkan hati pada sebuah jalan
Langkah 7 : Dan akhirnya, sementara melangkah di jalan yang dipilih sendiri, harus tetap sadar bahwa masih ada jalan-jalan yang lain.
                         Sementara itu, Sukidi memberikan langkah-langkah untuk mengasah SQ menjadi lebih cerdas sebagai berikut :
a.       Kenalilah diri anda, karena orang yang tidak bisa mengenal dirinya sendiri akan lebih mengalami krisis makna hidup maupun krisis spiritual.
b.      Lakukan introspeksi diri, atau yang dalam istilah keagamaan dikenal sebagai upaya pertobatan.
c.       Aktifkan hati secara rutin, yang dalam konteks orang beragama adalah mengingat Tuhan karena Dia adalah sumber kebenaran tertinggi dan kepada Dia-lah kita kembali. Cara yang gunakan adalah dengan berdzikir, bertafakur, sholat malam, mengikuti tasawuf, dan lain sebagainya.
d.      Setelah mengingat sang Khalik, kita akan menemukan keharmonisan dan ketenangan hidup. Kita tidak lagi menjadi manusia yang rakus akan materi, tetapi dapat merasakan kepuasan tertinggi berupa kedamaian dalam hati dan jiwa, hingga kita mencapai keseimbangan dalam hidup dan merasakan kebahagiaan spiritual



Tidak ada komentar:

Posting Komentar